Harga sehembus Nafas

Jangan rela hari demi hari belalu tanpa ada keinsyafan untuk mengoreksi diri kita. Kebaikan apa yang telah bertambah pada diri kita di hari kemarin, diminggu kemarin. Jika hari berlalu dengan sia–sia tanpa ada nilai yang bertambah pada kerinduan kita kepada Allah. Jika usia yang diberikan Allah tidak kita manfaatkan sebagai kesempatan mendapatkan derajat kemulyaan dihadapan Allah. Lalu apa yang kita pahami dari harga diri dan kemulyaan? Apakah selama ini kita mengira bahwa kemulyaan adalah mahalnya menu makan dan minum, atau bagusnya model baju dan tempat tinggal? Apa yang kita perjuangkan saat ini dan di hari–hari yang lalu? Apakah kita hanya memperjuangkan pangkat dihadapan manusia yang sebentar lagi berlalu? Apakah kita rela terjatuh dari mengabdikan diri dalam hidup untuk Allah yang Maha Suci dan Abadi menjadi mengabdikan diri untuk hawa nafsu yang rendah dan menjerumuskan?
Mari kita sadari bahwa nafas yang kita hembuskan adalah tanda kemurahan Allah SWT pada kita, hari-hari yang kita lalui adalah sebagian dari nikmat Allah yang tak terhingga nilainya. Apakah kita pernah berfikir jika berada pada hembusan nafas yang terakhir, harta kita sebanyak apapun tidak bisa kita tukar dengan sekali hembusan nafas lagi. Apakah kita pernah merenung jika setelah hari terakhir dalam hidup kita di dunia ini. Pangkat di dunia setinggi apapun tidak bisa untuk menambahkan satu hari untuk menyambung kehidupan kita. Dan disaat itu setelah nafas terakhir kita hembuskan tidak ada yang berguna bagi kita, kecuali ketulusan kita dengan Allah saat kita masih bernafas.
Ada lagi yang menjadikan waktu tidak ada gunanya dihadapan Allah, yaitu disaat kita kotari nikmat waktu itu, kita kotori dengan dosa-dosa. Dan alangkah mengerikanya jika ternyata nafas terakhir kita hembuskan sementara Allah belum mengampuni dosa-dosa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukan kritik dan saran anda........ komentar saja juga ok